Bantaeng, AmperaNews.online – Syamsinar, seorang warga Kabupaten Bantaeng, akhirnya buka suara terkait dugaan kasus penipuan kerja sama suplai telur yang menyeret nama seorang pria bernama Fajar Asran, warga Dusun Kassi-Kassi, Desa Nipa-Nipa, Kecamatan Pa’jukukang. Ia mengaku telah mengalami kerugian hingga mencapai Rp 95 juta lebih.
Modus: Grup Suplayer Rekayasa
Syamsinar menuturkan bahwa sebelum dirinya diajak untuk menjadi pemasok telur, Fajar Asran sudah lebih dulu merancang skema dengan membuat grup WhatsApp suplayer. Grup tersebut berisi lima orang, namun belakangan diketahui hanyalah rekayasa.
“Tujuan Fajar membentuk grup itu supaya saya percaya kalau ada banyak orang terlibat, padahal itu hanya akal-akalan. Dengan begitu, saya tidak curiga akan ditipu,” ungkap Syamsinar.
Janji Kerja Sama Suplai Telur
Dalam penawarannya, Fajar menjanjikan suplai telur untuk program makanan bergizi pemerintah di dua dapur, yakni Dapur Lamalaka dan Dapur Belang. Ia meminta Syamsinar untuk mentransfer uang sebagai modal pembelian telur. Fajar bahkan berjanji akan menyetor keuntungan setiap sepuluh hari sekali.
Namun, setelah dua kali tahap berjalan, Fajar tidak pernah memberikan setoran. Setiap kali dihubungi, baik lewat telepon maupun WhatsApp, ia selalu beralasan dengan berbagai macam dalih.
Fakta di Lapangan: Tidak Ada Nama Fajar
Kecurigaan mulai muncul saat Syamsinar memutuskan untuk mengecek langsung ke lapangan. Ia mendatangi Dapur Belang dan menanyakan kepada pihak keamanan maupun karyawan terkait keberadaan nama Fajar sebagai pemasok.
“Hasilnya jelas, mereka bilang tidak ada nama Fajar yang memasok telur di sana. Saat itu saya sadar betul kalau sudah ditipu,” kata Syamsinar.
Syamsinar juga mengungkapkan bahwa harga telur yang ditawarkan Fajar berkisar Rp 47 ribu hingga Rp 55 ribu per rak. Namun, tidak ada satu pun realisasi pengiriman telur ke dapur yang disebut.
Bukti Transfer Uang
AmperaNews.online memperoleh bukti transfer dari rekening Syamsinar ke rekening Muhammad Fajar Asran (SeaBank), juga ke beberapa pihak lain yang diduga masih terkait. Transaksi dilakukan bertahap, dari ratusan ribu hingga jutaan rupiah, sejak pertengahan Juni hingga Juli 2025.
Berikut sebagian catatan transaksi:
Tanggal Pengirim Penerima Nominal
14 Juni 2025 Syamsinar (BRI) M. Fajar Asran (SeaBank) Rp702.500
16–25 Juni 25 Syamsinar (BRI) M. Fajar Asran (SeaBank) Rp500 ribu – Rp1,5 juta (bertahap)
07 Juli 2025 Marsya P. Lestari Syamsinar (BRI) Rp460.000
07 Juli 2025 Syamsinar (BRI) Lukman (BRI) Rp400.000
Jika diakumulasikan, jumlah transfer yang dilakukan korban mencapai puluhan juta rupiah, dan hingga kini uang tersebut tidak kembali serta tidak ada suplai telur yang dijanjikan.
Kemungkinan Ada Korban Lain
Kasus ini tidak menutup kemungkinan adanya korban lain. Dari hasil penelusuran AmperaNews.online, sejumlah warga juga pernah mendengar tawaran kerja sama serupa dengan skema yang hampir sama. Namun, mereka belum berani bersuara lantaran khawatir akan tekanan atau malu mengaku sudah ditipu.
Syamsinar pun menduga dirinya bukanlah satu-satunya korban. “Kalau saya lihat pola yang dia jalankan, bisa jadi ada orang lain juga yang sudah kena. Hanya saja mungkin mereka belum berani buka suara,” ujarnya.
AmperaNews.online mengimbau masyarakat yang merasa pernah mengalami hal serupa untuk tidak ragu melapor, baik kepada aparat penegak hukum maupun kepada media, agar kasus ini bisa terbuka secara terang benderang.
Harapan Korban
Syamsinar berharap uangnya bisa dikembalikan dan pelaku bertanggung jawab atas perbuatannya. Ia juga menekankan agar masyarakat lebih berhati-hati dengan modus serupa.
“Saya hanya ingin hak saya kembali. Jangan sampai ada korban berikutnya seperti saya,” tegas Syamsinar.
Upaya Klarifikasi kepada Fajar
Sebagai bentuk keberimbangan, wartawan AmperaNews.online berupaya mendatangi kediaman Fajar Asran di Dusun Kassi-Kassi, Desa Nipa-Nipa. Namun, yang bersangkutan tidak ada di rumah.
Selain itu, wartawan juga telah mengirimkan pesan klarifikasi melalui WhatsApp kepada Fajar dan orang tuanya. Pesan tersebut terlihat sudah dibaca (centang biru), tetapi hingga berita ini diturunkan tidak ada balasan sama sekali.
Himbauan kepada Instansi dan Aparat Hukum
Kasus ini menyoroti pentingnya pengawasan terhadap program pemerintah, khususnya program makanan bergizi yang seharusnya memberikan manfaat nyata kepada masyarakat.
AmperaNews.online menghimbau kepada dinas terkait untuk menindaklanjuti kasus ini agar tidak ada lagi oknum yang memanfaatkan program pemerintah demi keuntungan pribadi.
Selain itu, aparat penegak hukum diharapkan segera mengambil langkah tegas untuk memberikan efek jera sekaligus mendorong pengembalian uang korban yang nilainya mendekati Rp 100 juta.
Edukasi untuk Masyarakat
Kasus ini bisa menjadi pelajaran berharga agar masyarakat lebih berhati-hati ketika menerima tawaran kerja sama dengan iming-iming keuntungan cepat. Beberapa langkah pencegahan yang bisa dilakukan:
- Cek langsung ke instansi resmi sebelum percaya pada tawaran kerja sama.
- Jangan mudah percaya grup WhatsApp karena bisa direkayasa untuk menipu.
- Pastikan ada kontrak tertulis sebelum melakukan transfer uang.
- Hindari transfer bertahap tanpa bukti fisik barang yang jelas.
Media Akan Terus Mengawal
AmperaNews.online berkomitmen untuk terus mengawal perkembangan kasus ini dan memberikan ruang klarifikasi bagi semua pihak, agar masyarakat mendapatkan informasi yang berimbang dan tidak ada lagi korban berikutnya.
Catatan Redaksi: Berita ini ditulis berdasarkan keterangan korban dan bukti transfer yang ditunjukkan. Jika Fajar Asran atau pihak terkait ingin memberikan klarifikasi, AmperaNews.online siap memuatnya secara proporsional sesuai kaidah jurnalistik.